Festival Lima Gunung digelar para seniman
petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung setiap tahun dengan lokasi
yang berpindah-pindah di dusun-dusun kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong,
Sumbing, dan Menoreh, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
![]() |
Pemberitaan Festival Lima Gunung VIII |
- Festival
pertama dan kedua pada 2002 dan 2003, di Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu,
- Festival
ketiga pada 2004 di Dusun Gejayan,
Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu.
- Festival
keempat pada 2005 di
Dusun Petung Kidul, Desa Petung, Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu.
- Festival kelima pada
2006 di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu.
- Festival keenam pada 2007 di Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, kawasan Gunung Sumbing.
![]() |
Festival Lima Gunung IV, Petung, Merbabu 2005 |
- Festival keenam pada 2007 di Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, kawasan Gunung Sumbing.
![]() |
Festival Lima Gunung VI, Krandegan, Sumbing 2007 |
- Festival
kedelapan pada 2009 di Dusun Mantran Wetan, Desa
Girirejo, Kecamatan Ngablak, kawasan Gunung Andong.
![]() |
Festival Lima Gunung VIII, Mantran, Andong . Minggu, 26 Juli 2009 |
![]() |
Pembukaan Festival Lima Gunung IX , 2010. Foto: Raditya Mahendra Yasa, Foto terbaik Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2011 |
![]() |
Festival Lima Gunung X , 2011 Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan |
- Festival
kesebelas pada 2012 di dua lokasi
yakni Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, kawasan Gunung
Sumbing dan Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu.
Penentuan
hari dan lokasi dusun untuk festival dengan berbagai rangkaiannya dilakukan
secara musyawarah oleh para tokoh Lima Gunung. Pertemuan persiapan menuju
penyelenggaraan festival berlangsung di berbagai tempat, secara
berpindah-pindah di rumah para tokoh.Sejak
festival pertama hingga keempat, pihak pengelola Hotel Amanjiwo Borobudur
menjadikan ajang itu sebagai agenda pariwisata mereka, untuk mendatangkan turis
mancanegara sejak setahun sebelum hari festival.Sedangkan
festival kelima dan keenam, oleh para tokoh dijadikan ajang merintis
kemandirian penyelenggaraan, melalui pengajuan bantuan kepada berbagai pihak
sponsor dan donatur. Pada
festival ketujuh dan kedelapan, meskipun masih mengajukan proposal kepada
sponsor dan donatur dalam skala terbatas, pihak panitia penyelenggara bersama
komunitas masing-masing, sudah memulai iuran untuk mencukupi berbagai kebutuhan
festival.
![]() |
Festival Lima Gunung XI Krandegan, Sumbing 2012 |
Komitmen
pendanaan festival oleh mereka secara mandiri komunitas itu, ditandai dengan
pembubuhan tanda tangan para tokoh Lima Gunung di tanah panggung terbuka Studio
Mendut. Agenda
tahunan dengan beragam tema itu selalu
diawali dengan kirab kesenian, melibatkan puluhan hingga ratusan seniman petani
komunitas, dengan melewati jalan-jalan dusun yang menjadi pusat festival.
Selanjutnya mereka menandai dimulai
puncak festival dengan pemukulan gong oleh para tokoh KLG, dan kemudian
pementasan berbagai kesenian oleh setiap komunitas. Berbagai
kesenian yang dipentaskan makin berkembang, tak lagi sebatas kesenian
tradisional dari berbagai kelompok-kelompok seniman petani dan penyelenggaraan
tradisi ritual dusun, tempat lokasi festival.
![]() |
Festival Lima Gunung XI, Krandegan, Sumbing 2012 |
Ribuan warga
dari dusun-dusun di kawasan gunung khususnya yang menjadi lokasi festival,
datang berduyun-duyun untuk menyaksikan puncak hari festival itu. Para seniman,
budayawan, pemerhati lintas ilmu dari kota-kota lain di Indonesia dan luar
negeri, seakan tak melewatkan puncak festival itu untuk menyaksikannya.
Begitu
pula wartawan dari media massa dalam dan luar negeri, serta para fotografer
menjadikan festival itu sebagai arena liputan dan pengambilan foto serta video,
baik untuk pemberitaan maupun untuk dokumentasi atas gerakan kebudayaan petani
dusun dan gunung.
![]() |
Festival Lima Gunung XI, Gejayan, Merbabu 2012 |
Para
tamu berasal dari kota-kota lain, bahkan menginap di rumah-rumah warga gunung
yang sedang menjadi lokasi festival, untuk menikmati suasana gunung, bertepatan
dengan hari festival. Warga setempat menyediakan secara gratis tempat mereka
untuk menginap para tamu festival.
Sejumlah
seniman secara individual maupun dengan komunitas keseniannya dari kota-kota
lain di Indonesia dan luar negeri yang sebelumnya telah menjalin relasi dengan
Lima Gunung, dalam perkembangannya memanfaatkan Festival Lima Gunung untuk
turut menggelar karya mereka. Festival
Lima Gunung secara khusus menjadi ajang pertemuan tahunan para seniman petani
Lima Gunung, untuk bersilaturahim dalam kemasan dan nuansa kebudayaan lokal
mereka.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar