Rabu, 17 April 2013

Bebrayan Lintas Dunia

Suran di Ponpes API Tegalrejo, Magelang
Komunitas yang mayoritas petani ini berkesenian tanpa memandang apa yang mereka lakukan sebagai laku sakral. karena itu mereka tidak pernah berbatasan dengan sekat apapun untuk mengekspresikan keseniannya dengan total. mereka bisa tampil di depan istana presiden dan monumen kenegaraan, berbaur dengan kalangan pesantren seperti yang sering mereka lakukan di Pondok Pesantren API Tegalrejo milik Gus Yusuf. Kesenian mereka juga menjadi menu dalam even besar di acara 100 tahun Seminari,
Mertoyudan, di saat lain tampil juga di pembukaan gedung Salihara yang mengundang tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Secara rutin tiap momen tahun baru, misalnya sudah jadi keharusan mereka pentas di Amanjiwo Resort, Borobudur. Beberapa event tingkat Internasional yang pernah diikuti :

Borobudur International Festival, Borobudur 2009
- Pertemuan APD (Asian People Dialogue) di Cibubur, Jakarta tahun 2002 pesertanya dari negara Thailand, India, Srilangka, Malaysia, Philipna, Nepal, Pakistan, Jepang, Korea Selatan, Afrika Selatan dan Indonesia.
- Pentas Kesenian Gelung Gunung pada Solo International Ethnic Music Festival (SIEM) pada tahun 2008 di Benteng Vastenburg pesertanya seperti Amerika Latin, Afrika, Eropa Barat, Eropa Timur, Asia Selatan, Asia Timur, Asia Barat, Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Solo International Performing Art, Solo 2010
- Simfoni Gunung ikut menutup pergelaran Borobudur International Festival (BIF) 2009. tujuh negara yang terlibat adalah India, China, Laos, Thailand, Polandia, Jepang, dan Korea Selatan.
- Solo International Performing Art (SIPA) 2009 di dalam acara ini Komunitas Lima Gunung mengikutinya dua kali yang pertama Komunitas Atas Bumi Bawah Langit (ABBAL), Muntilan. Negara peserta SIPA Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, Philipina, Denmark, Singapura, Jepang, dan Venezuela dan untuk yang kedua Solo International Performing Art (SIPA) 2010 Komunitas Wargo Budoyo, Magelang peserta dari luar negeri melibatkan 7 negara yaitu Austria, Malaysia, Jerman, Timor leste, Mexico, India dan Jepang.


Festival Penyair Internasional Indoesia (FPPI), Gejayan, Merbabu 2012


Beberapa event Sastra seperti Festival Penyair Internasional Indoesia (FPPI) 2012, Borobudur Writers and Cultural Festival Internasional Indonesia, Komunitas Lima Gunung bukan sekedar kumpulan seniman yang bergumul dengan seni tradisional mereka boleh jadi berangkat dari bentuk yang pakem, namun berkat kecerdasan mereka maka berbagai pengembangan dilakukan bersamaan dengan keharusan merespon momentum. Dan mereka tidak sekedar merespon, tetapi kultur bebrayan mereka yang cenderung dekat dengan olah pikir yang sederhana namun 'Jero" (dalam) memungkinkan mereka dengan cepat mampu membangun wacana makna yang terkadang mengejutkan dalam ekspresi kesenian mereka, tak heran komunitas ini mampu menembus berbagi kalangan dari penonton awam sampai penonton level tinggi. para seniman mampu berbaur dengan kalangan apapun, dan mereka tak grogi untuk menyapaikan pertanyaan maupun pertanyaan cerdas.
Kultur bebrayan model masyarakat  desa pegunungan dan kesadaran untuk menjalani laku bergaul yang terus menerus didesak pertumbuhan gaya hidup terasa menciptakan atsmofer berkehidupan budaya yang hangat, dengan prinsip "luru Kabahagyan" (mencari kebahagiaan).
Bebrayan merupakan sebuah atmosfer pergaulan yang mengandung filosofi yang dalam tentang persaudaraan. Inilah yang tidak sekedar di bentuk di komunitas ini, melainkan sudah ada ketika niat bebrayan itu masih dalam angan-angan. Seni kadang menjadi tidak terlalu "penting" ketika kebutuhan untuk beberayan itu menggerakan hasrat untuk saling bertemu dan berkumpul. Namun ketika respon terhadap tanggapan-tanggapan memainkan kesenian itu tiba waktunya, secara bawah sadar "manajemen universal" tetap berlaku, dan tidak menjadi sistem yang berlaku ketat. Sebab yang terjelas adalah bahwa laku berkesenian itu di depan publik menjadi suatu keharusan yang harus di pertanggungjawabkan.
Boleh jadi, inilah model komunitas kesenian masyarakat pedesaan yang beraroma modern dalam arti lentur oleh pergerakan jaman dan mampu mencari tempat yang tepat ditengah arus kebudayaan global. Jangan-jangan, ini satu-satunya di Indonesia. 





Nanyang Technological University (NTU), Singapore. College of Humanities, Arts, & Social Sciences. School of Art, Design and Media
Mike Burns (Australia) mempertunjukan keahliannya bermain gamelan dan gitar di Studio Mendut  Foto: Kompas/Regina Rukmorini


1 komentar :

  1. salam hangat dari kami ijin informasinya gan, dari kami pengrajin jaket kulit

    BalasHapus